Yusuf Jabung

Tingkatan Keyakinan

Seberapa yakinkah kita dengan agama yang kita anut. Apakah kita beragama cuma ikutan/taklid saja kepada keluarga atau ulama? Dan ibadah yang selama ini kita kerjakan apakah itu sekedar memenuhi kewajiban (gugur kewajiban) ataukah dilandasi ketulusan dan kecintaan kepada Allah? Nah, pada umumnya seseorang yang beragama didasarkan atas salah satu dari 3 keyakinan berikut ini :
1. ‘Ilmul Yaqin
2. ‘Ainul Yaqin
3. Haqqul Yaqin (Isbatul Yaqin)

1. ‘Ilmul Yaqin
Ini adalah tingkatan terendah dari suatu keyakinan beragama. Misal seseorang mendapat pengetahuan dari si A yang mengatakan bahwa di negeri Cina terdapat tembok raksasa, padahal si A tidak pernah ke negeri Cina. Jadi pengetahuan yang didapat dari si A hanyalah pada tataran teori belaka.
Seseorang yang beragama pada tingkat ini hanyalah yakin karena “kata orang”. Maka ia pun akhirnya menerima saja apa yang dikatakan oleh orang orang tanpa melakukan penyelidikan atau mendalami secara sungguh-sungguh agamanya sendiri.

Jika agamanya sendiri tidak pernah dikaji lalu bagaimana mau mempelajari agama orang lain? Yang terjadi kemudian adalah sikap memusuhi agama diluar dirinya. Merasa diri paling benar sehingga mengkafirkan yang lain.

Menyalah-nyalahkan ajaran agama orang lain seakan-akan dirinya adalah orang yang paling benar.
Orang pada tataran ilmu yaqin ini biasanya mudah diprovokasi dan dihasut contohnya ya teroris seperti Noordin M Top, Dr.Azhari dan para pelaku bom bunuh diri yang membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Teroris seperti mereka selalu memahami jihad dengan berperang. Kalo tidak berperang serasa kurang afdhol. Lebih suka mati medan berperang ketimbang mati di meja belajar. Padahal ketika meledakkan diri, mereka tidak sedang diserang malah justru menyerang orang yang tidak bersalah. Orang yang seperti inilah yang menghancurkan nama baik Islam sebagai agama yang mengajarkan kedamaian. Mereka jelas bukan orang Islam melainkan orang kafir karena melakukan kerusakan di muka bumi.

Nah, bagi mereka yang masih pada tahap ilmul yaqin, sholat lima waktu yang dikerjakan masih sulit untuk khusyu’ karena hanya gerak fisik belaka (sholat raga). Ibarat orang yang sedang menghormat dan berbicara kepada raja tapi rajanya tidak ada di depannya. Ini yang disebut menyembah adam sarpin (kekosongan). Ibarat menyumpit burung tapi burungnya tidak ada, yang disumpit adalah kekosongan. Sholat seperti ini sia-sia karena tidak mampu menghadirkan zikir didalamnya. Padahal sholat itu haruslah dapat menghadirkan zikir sebagaimana yang diperintahkan Allah :
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk berzikir kepadaKu. (Q.S Thaahaa (20) : 14)

Mengapa sholatnya seseorang harus mampu menghadirkan zikir? Sebab dengan zikir akan hadir ketenangan, kedamaian dalam batin dan pikiran kita. Kalau batin dan pikiran sudah tenang maka hawa nafsu bisa dikendalikan. Dirinya akan mampu melihat mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Sholat yang mampu menghadirikan zikir inilah yang akan mampu mencegah manusia dari berbuat keji dan mungkar :
Dan sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. (Q.S Al Ankabuut (29) : 45)

Bagi mereka yang tidak mampu menghadirkan zikir ketika sholatnya maka sholatnya tidak akan mampu mencegah diri mereka dari berbuat keji dan mungkar. Sholatnya tidak salah! Tapi orang yang mengerjakannya yang lalai.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (Q.S Al Maa’un (107) : 4-5)

Tidaklah heran jika kita sering melihat orang rajin sholat, punya pengetahuan agama yang luas tapi malah jadi tersangka kasus korupsi. Kerjanya sih di Departemen Agama tapi malah tempat kerjanya dijadikan lahan korupsi. Inilah tandanya orang yang melalaikan sholat. Rajin ibadah ritual tapi masih suka KKN, dengki, suka bergunjing, memfitnah, dan melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Inilah ibadah yang sia-sia karena cuma berolahraga saja dan tidak menghujam ke dalam batin.

2. ‘Ainul Yaqin
Tahapan ini lebih tinggi dari yang ‘ainul yaqin. Misal seseorang diberitahu oleh si A bahwa di negeri Cina terdapat tembok raksasa. Dan ternyata si A pernah ke Cina melihat tembok raksasa. Jadi pada tahapan ini seseorang mendapat pengajaran dari si A yang pernah mengalami atau praktek. Si A bukan hanya tahu secara teori tapi ia telah membuktikannya dengan pergi ke negeri Cina.

Dalam kaitannya dengan agama, orang yang berada pada tingkatan ini adalah orang yang sedang “mencari Tuhan”. Pencariannya meliputi penelitian melalui buku-buku, bertanya kepada orang-orang mengenai masalah Ketuhanan/spiritual dan orang yang ditanya pun tidak hanya pandai berteori namun sudah mempraktekannya juga.

Sholatnya orang yang telah mencapai tahap ini tentu akan lebih baik lagi karena akan mampu menghadirkan zikir dalam sholatnya sehingga dapat mencegahnya dari berbuat keji dan mungkar.
Namun demikian bagi kita yang telah mencapai tahap ‘ainul yaqin jangan puas dulu. Perjalanan belum selesai bung! kita harus terus meningkatkan keyakinan kita sampai kita tahapan yang nyata dan terbukti. Kita harus pergi ke negeri Cina untuk menyaksikan tembok raksasa tersebut agar haqqul yaqin.

Mereka yang telah mencapai tahap ‘ainul yaqin seringkali terjebak berpuas diri dengan keyakinan atau pengetahuan yang dimilikinya. Mereka merasa cukup puas mengerjakan rukun iman dan rukun Islam tanpa berusaha mencapai makrifat kepada Allah. Sebagian dari mereka sering berceramah tentang keutamaan mendapat lailatul qadr tapi mereka sendiri tidak pernah mendapat atau mengalami pengalaman lailatul qadr. Sering juga berceramah Isra Mikraj tapi tidak pernah mengalami Isra Mikraj. Kita ternyata cuma bisa kebanyakan berceramah (teori) tanpa bisa membuktikan ceramahnya. Padahal di Al Quran kita telah di ingatkan agar jangan cepat berpuas diri :
Katakanlah : “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang amat rugi perbuatannya?” Yaitu orang yang sia-sia perbuatannya ketika hidup di dunia sedang mereka mengira bahwa mereka melakukan perbuatan yang baik (Q.S Al Kahfi (18) : 103-104)

3. Haqqul Yaqin (Isbatul Yaqin)
Inilah tahapan keyakinan yang tertinggi. Dalam hal ini kita bukan hanya mendengar cerita saja bahwa di negeri Cina ada tembok raksasa, namun kita mengalaminya sendiri dengan pergi ke negeri Cina. Kalau sudah ke negeri Cina dan melihat sendiri tembok tersebut tentu keyakinannya sangat kuat sekali. Inilah kebenaran yang haq (nyata) dan terbukti (isbat).

Dalam kaitannya dengan keyakinan beragama, orang yang telah mendapat haqqul yaqin adalah orang yang telah mencapai makrifat kepada Allah. Orang yang telah bermakrifat berarti ia mengenal Af’al-Nya, Asma-Nya, Sifat-Nya dan Dzat-Nya. Ia akan mendapat ilmu langsung dari sisi-Nya (ladunni).
Perihal ilmu laduni ini telah disampaikan juga melalui Al Quran :
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (Q.S Al Kahfi (18) : 65)
Dan bertakwalah kepada Allah niscaya Dia akan mengajarimu. (Q.S Al Baqarah (2) : 282)
Manusia yang telah mendapat ilmu laduni berarti telah mendapatkan kebenaran yang Haq. Tidak ada keraguan sama sekali. Mereka pun telah mencapai Mikraj, bertemu dengan Allah. Bagi mereka, Isra Mikraj adalah peristiwa spiritual yang langsung dialaminya sendiri bukan teori belaka.

Lho… bukankah Isra Mikraj itu hanya untuk Nabi Muhammad saja? Nah doktrin seperti inilah yang telah banyak memasung pemikiran umat Islam. Pendapat ulama dijadikan taklid, harga mati yang tidak bisa dirubah. Padahal pendapat ulama itu hanya untuk dijadikan referensi saja. Ibarat makanan, jangan ditelan mentah-mentah. Kunyahlah dulu. Untuk itu, carilah guru atau ulama sebanyak-banyaknya. Jangan hanya cari ulama yang levelnya “SD” tapi cari juga ulama yang levelnya “SMP” , “SMA”, “S1” dan seterusnya. Jangan hanya belajar dari ulama yang sering muncul di televisi saja tapi belajarlah juga ulama lain yang lebih tinggi ilmunya. Ulama ini tidak muncul kepermukaan karena tidak mau menjadi selebritis. Mereka harus dicari!. Kalau kita hanya belajar dari ulama level SD ya pengetahuan kita tidak akan pernah berkembang. Bagai katak dalam tempurung. Merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki dan yang ditingkatkan pun hanya ibadah ritual saja. Padahal ilmu Allah itu teramat sangat luas dan ini justru menjadi tantangan umat Islam abad modern untuk terus mengkaji Al Quran sesuai perkembangan jaman.

Kalau kita taklid kepada pendapat seorang ulama, memangnya ketika kita mati, ulama tersebut mau bertanggung jawab kepada kita? Nah karena tiap manusia itu sendirian ketika meninggal maka manusia itu sendiri yang harus menentukan jalan hidupnya. Segala pendapat atau tafsiran hendaknya hanya dijadikan referensi saja. Termasuk postingan yang anda baca inipun hanya bersifat referensi untuk mendekati kebenaran.

Kitalah nantinya yang akan menemukan kebenaran itu sendiri setelah diberi petunjuk Tuhan –tentu kita juga harus meminta petunjuk-Nya terlebih dahulu. Saya tidak mengatakan pendapat saya di postingan ini adalah yang paling benar. Sekali lagi tidak! Karena kebenaran hanyalah milik Allah semata. Dan saya tidak mau ikut-ikutan sebagian orang Islam yang mengatasnamakan kebenaran dari Tuhan lalu dengan seenaknya mengatakan orang lain sesat, kafir bahkan melakukan tindak kekerasaan kepada orang lain yang tidak sependapat/sealiran dengan mereka. Sesat adalah menyimpang dari kebenaran dan yang empunya kebenaran adalah Allah. Jadi Allah-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menentukan sesat atau tidaknya seseorang. Simak ayat berikut ini :
Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa. (Q.S An Najm (53) : 32)
Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk (Q.S Al An’aam (6) : 117)

Sumber : diditpinasthika.wordpress.com

Putri Asli Jabung Yang Berprestasi



Siska Fitriyani merupakan anak ke dua dari empat bersaudara dari pasangan Dalom Lekok dan Nuraini. Siska lahir pada tanggal 14 Juni 2000 di Jabung Lampung Timur.
 
Siska Fitriyani mewakili SMK Muhammadiyah 3 Metro mengikuti event "The International of Qur'an and Technology" Musabaqoh Tilawatil Qur'an tingkat SMA/SMK sederajat dan menjadi Juara 1 putri, yang diadakan di UHAMKA Jakarta pada tanggal 27-28 Mei 2016.

Tahun 2016 yang lalu, Siska menjadi salah satu perwakilan dari delapan utusan terpilih dari Provinsi Lampung, Siska dan ke-7 kawan lainnya berhasil lolos seleksi ditingkat Provinsi setalah bersaing dengan ribuan peserta lainnya.

Bulan April 2017 ini Siska Fitriyani akan kembali bertanding diajang yang sama, namun Siska akan mengikuti perlombaan Tartil Al-Qur'an yang akan diselenggarakan di Bandung antara tanggal 25-30 April 2017.

Saat diwawancara dirumahnya, Siska Fitriyani merasa bangga dan senang karena bisa ikut andil dalam perlombaan tersebut dan menjadi Juara 1, apalagi Siska asli berasal dari Jabung. Kecamatan yang dicap negatif oleh mayoritas orang-orang diluar Jabung. 

"Alhamdulillah saya bahagia sekali, bisa menjadi Juara 1 tingkat Internasional, tidak pernah menyangka sama sekali, saya juga senang karena bisa bertemu dengan kawan-kawan baru dari Negara tetangga seperti Thailand, Brunai Darussalam dan Singapura", ujar Siska dengan senyum.

Nur Aini Ibu Kandung Siska Fitriyani merasa sangat bangga terhadap prestasi anaknya, Siska tidak hanya berprestasi dipendidikan formal ternyata juga bisa berprestasi dibidang agama, Siska selalu masuk peringkat 3 besar sejak Sekolah Dasar sampai saat ini dibangku Sekolah Menengah Akhir.



"Pertama dapet kabar kalau Siska dapat Juara tingkat internasional saya benar-benar tidak percaya, namun setelah melihat tropy dan mendali yang didapat saya baru percaya, saya sangat bangga sekali sekaligus terharu, mudah-mudahan perlombaan tahun ini Siska bisa Juara 1 kembali," ujar Ibu Siska dengan penuh semangat.

Saat ini Siska Fitriyani sedang menjalani progam menghafal Al-Qur'an, jika berhasil menghafal 15 juz, Siska akan digratiskan kuliah di UI dan UGM, dan jika berhasil hafal 30 juz Ia akan digratiskan kuliah di Arab Saudi.
Dalam 2 bulan terakhir ini Siska sudah berhasil menghafal 1.5 juz Al-Qur'an. (Zulyan/sn)

 Video Siska Fitriani  on You Tube.

Sumber : 
simaknews.com


KONSEP IBADAH DALAM ISLAM (Materi Taklim Risma Baiturrahman 17 September 2016)

1.   PENGERTIAN IBADAH
Ibadah diambil dari bahasa Arab  yang artinya adalah menyembah. Konsep ibadah memiliki makna yang  luas yang meliputi seluruh aspek kehidupan baik sosial, politik maupun budaya. Ibadah merupakan karakteristik utama dalam sebuah agama, karena pusatnya ajaran agama terletak pada pengabdian seorang hamba  pada Tuhannya. Allah SWT dengan jelas dalam surah An Nisa : 36 menyatakan :
“sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil”
Berbicara tentang ibadah berarti membahas  mengenai posisi  di antara  dua di mana yang satu kedudukannya lebih tinggi dari yang lain seperti hubungan antara seorang majikan dan budaknya. Seorang budak tidak memiliki kekuatan lain kecuali hanya tunduk dan patuh pada perintah majikannya. Seorang budak tentu didasari oleh kesadarannya sebagai hamba yang lemah dan tak berdaya. Oleh karena itu kesadaran ibadah bersifat fitriah, karena manusia menyadari akan kekurangan dan kelemahan dirinya, sehingga ia membutuhkan kekuatan lain yang dapat memberikan  bantuan dan pertolongan. Kecendrungan ini disebutkan oleh Allah di dalam  Al Quran  surah Adz Dzariat : 56,
 
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
 
Ayat ini menjelaskan tentang kecendrungan fitrah manusia untuk beribadah. Tidak  mungkin ada makhluk yang keluar dari kecendrungannya sebagai hamba, namun kecendrungan ini jika tidak diiringi oleh wahyu maka ketundukan manusia sebagai bentuk penghambaan diri pada yang mutlak menjadi pembelengguan   diri manusia, sehingga  manusia jatuh ke dalam derajat yang hina.
 
Ibadah pada asalnya mengandung pengertian rasa hina terhadap yang dipuja. Karena itu  “barangsiapa yang tunduk tetapi ia tidak mencintainya , maka ia bukanlah seorang pengabdi, demikian pula sebaliknya, jika seseorang mencintai tetapi tidak mentaatinya tidak pula ia dikatakan sebagai pengabdi.”
 
B.   TUJUAN IBADAH
 
Ibadah adalah wujud pengabdian seorang hamba pada Tuhan-Nya yang  didasari sikap ikhlas dan  pasrah diri.  Dengan demikian tujuan ibadah tidak lain adalah mendapat Keridhaan Allah SWT semata. Oleh  karena itu, hambanya yang menjalankan  ibadah dengan ikhlas dia akan merasakan dirinya akan selalu dekat dengan Tuhannya, sehingga ibadah  dapat menjadi sarana taqarub ilallah atau  pendekatan diri pada Allah. Melalui jalan taqarub ilallah  Allah,  maka kita baru bisa menyerap sifat sifat ALLAH yang mulia, sehingga mampu melahirkan seorang hamba yang shaleh.
 
“ dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.”
 
Allah SWT menyatakan bahwa dunia ini akan dihuni oleh hamba-hambaku yang sholeh . ayat ini menunjukan bahwa fungsi agama memebrika pencerahan dan kesdaran tentang makna dan arti hidup, sehingga manusia dapat menyadari tujuan hidupnya dan mampu menjalanksn fungsinya sebagai hamba yang soleh.dengan demikian Ibadah tidak hanya sarana menciptakan kesalahen individu tetapi juga bagaimana ibadah melahirkan hamba-hamba yang shaleh yang memberi kebaikan dan manfaat bagi orang lain.
C.   JENIS IBADAH
 
Ibadah  terdiri dari 2 jenis  meliputi ibadah mahdoh dan ibadah ghairoh mahdoh.
a.    Ibadah Mahdoh
Ibadah mahdoh adalah ibadah yang dilakukan dalam rangka menjalin hubungan yang baik antara hamba dan Allah SWT.  Kaidah  ibadah mahdoh menyatakan bahwa seluruh ibadah pada asalnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Pada jenis ibadah ini diharamkan melakukan  kreativitas  karena   ibadah ini  hanya Allah yang memiliki otoritas penuh dalam memberikan perintah dan mengatur tata caranya. Manusia tidak punya pilihan lain kecuali tunduk dan patuh pada ketetapan hukum yang telah diatur secara terperinci.
b.    Ibadah Ghairo Mahdoh
Sedangkan  ibadah gairo mahdoh adalah ibadah yang dilakukan dalam hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Maka pengertian ibadah ini berlakunya kaidah muamalah yang menyatakan bahwa seluruh ibadah muamalah pada asalnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya dengan cemikian dalam masalah ibadah ini terbuka peluang akal untuk melakukan kreativitas dalam menetapkan suatu hukum. Amal ibadah ghairah mahdhoh ini yang memiliki korelasi langsung antara amal shaleh dalam bermuamalah  dengan keimanan seorang . Keimanan yang kuat tentu mendorong manusia untuk bergairah melaksanakan perintah-Nya.
 
MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH
 
Allah menerima ibadah kita bukan dilihat dari segi kuantitas atau jumlahnya, namun Allah melihat ibadah seseorang dari segi kualitasnya.
 
Untuk membangun kualitas ibadah yang benar, maka harus dimulai dari dua hal yaitu cinta yang sempurna dan ketundukan dan kepatuhan yang sempurna. Kecintaan yang sempurna harus dilandasi dengan niat yang ikhlas tanpa mengharapkan apa-apa kecuali keridhaan Allah semata. Kecintaan kepada Allah harus di atas segala cinta yang lainnya, dengan demikian tidak ada sesuatu pun yang menjadi tempat kita bergantung kecuali kepada Allah SWT. Bukti cinta kepada Allah tercermin dalam ajaran Tauhid, yaitu larangan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, baik itu yang mengandung syirik kecil maupun syirik besar.
 
Sementara ketundukan yang sempurna yaitu menjalankan ibadah harus mengikuti seluruh perintah Allah dan menjauhi larangannya. Menurut para ulama, Allah memiliki hak atas hamba-Nya, sebaliknya hamba memiliki hak atas Tuhan. Hak Allah atas hambanya yaitu Allah memiliki hak untuk disembah dengan jalan melaksanakan segala perintah-Nya. Perintah apapun yang kepada hamba tanpa menambah atau mengurangi sedikit pun.
 
Kualitas ibadah seseorang dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu dari segi sumbernya dan dari segi pelaksanaannya.
 
Dilihat dari segi sumbernya ibadah merupakan sebuah kegiatan ritual yang bersumber langsung dari Al Quran dan Hadits. Khususnya pelaksanaan ibadah khas, ibadah ini sudah diatur mekanismenya atau tata caranya secara terperinci.
 
Sementara itu ibadah dilihat dari segi pelaksanaannya, maka landasan utama dalam islam adalah masalah keimanan.
 
 
D.  HUBUNGAN ANTARA IBADAH DAN AKHLAK
 
Ibadah akan memiliki nilai dan makna  ketika pelaksanaan ibadah seseorang dapat mempengaruhi prilaku  kehidupan sehari-hari. Akhlak manusia pada hakikatnya  dapat menjadi ukuran seberapa jauh kedekatan seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Tidak mungkin seorang hamba bisa menyerap Sifat-sifat Tuhan yang mulia jika manusia merasa jauh dari Tuhan-Nya. Akhlak dalam islam merupakan salah satu bukti kekuatan iman seseorang yang direalisasikan dalam wujud amal saleh. Oleh karena itu seluruh ajaran agama islam pada hakekatnya bertujuan melakukan pembinaan akhlak.

Mengapa Kita Harus Mengidolakan Nabi Muhammad SAW (Ta'lim Risma Baiturrahman 3 Sept 2016)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (al-Ahzab: 21)
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (at-Taubah: 128)
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (al-Qalam: 4)

1.      Akhlak Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasalam adalah Al-Qur’an
Ketika Aisyah Radhiyallahu’anha ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasalam, maka dia menjawab, “Akhlaknya adalah Al Qur’an.” (HR. Abu Dawud dan Muslim)
2.      Nabi Shallallahu’alaihi Wasalam Diutus untuk Menyempurnakan Akhlak
Nabi Shallallahu’alaihi Wasalam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al Bazzaar)
3.      Kebaikan itu adalah Akhlak yang Baik
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasalam bersabda: “Kebajikan ialah akhlak yang baik dan dosa ialah sesuatu yang mengganjal dalam dadamu dan kamu tidak suka bila diketahui orang lain.” (HR. Muslim)
4.      Rasulullah adalah orang yang paling dermawan
Anas Radhiyallahu’anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasalam adalah orang yang paling baik, paling dermawan (murah tangan), dan paling berani”. (HR. Ahmad)
Selengkapnya silakan unduh di sini dan PPT nya di sini.

RESUME MANHAJ HARAKI II




PERIODE 5
PERJUANGAN POLITIK DAN KEMENANGAN RISALAH

Bagian Ke Tiga
Karakteristik Pertama
Tantangan Psikologis Terhadap Kaum Musrikin
Dalam beberapa perang terdapat perang  yang strategi yang dilakukan nabi sangat terlihat sekali perang psikologis dibanding dengan perang fisik. Diantaranya perang Bani Lahyan, serta dikirimnya Abu Bakar ra. Ke Kura’ al-Ghamim hanya dengan 10 penunggang kuda. Disini Rasulullah saw. Tetap bergerak menuju Bani Lahyan untuk menuntut balas atas kekejaman yang dialami para korban insiden Raji’, padahal insiden itu telah lewat dua tahun lalu.
Karakteristik Kedua
Berita Bohong (Haditsul Ifki)
Betapa berbahayanya menerima isu tanpa mengecek kebenarannya karena itu dapat memporak -porandakan barisan kaum muslimin secara keseluruhan. Adapun pelajaran – pelajaran terpenting yang dapat di kemukakan terkait dengan berita bohong ini ialah :
Pertama, menghindari tuduhan yang masih bersifat prasangka adalah kewajiban pokok yang wajib ditunaikan oleh kaum muslimin.                                                                    
Kedua, jangan menerima isu begitu saja, sebagaimana difirmankan Allah


Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta. (QS. An Nur : 13)
Ketiga, menimbang secara cermat dalam menimbang benar tidaknya suatu isu, bandingkanlah pribadi orang yang diisukan itu dengan diri anda sendiri. Dengan demikian, pastilah Anda akan mempercayai teman Anda itu seperti halnya mempercayai diri Anda sendiri.
Keempat, Jangan membiarkan hawa nafsu ikut campur dan berperan dalam menyelesaikan mengenai isu yang tidak benar.
Kelima, Sikap yang harus diambil oleh orang yang diisukan. Janganlah membalas berita bohong dengan berita bohong lain dan janganlah membalas isu yang dusta dengan isu lain yang serupa. Hendaklah orang yang diisukan mampu menahan diri.
Keenam, Menghukum orang-orang yang terperdaya dan terlibat dalam menyebarkan fitnah.
Karakteristik Ketiga
Pernikahan Rasulullah SAW. Dan Pengaruhnya dalam Penyebaran Islam
Pada Periode ini Rasulullah SAW. melakukan pernikahan dengan lima orang wanita : Zainab binti Jahsy, Ummu Habibah binti Abi Sufyan, Juwairiyah binti al-Harits, Syafiyah binti Huyay, dan Maimunah binti al-Harits – radhiyallahu ‘anhuma jami’an.
Pernikan Rasulullah SAW yang dilakukan pada periode ini adalah tampaknya bertujuan hendak membentuk barisan luar dan sebagai upaya penyebaran da’wah ke seluruh Jazirah Arab. Sekilas tentang pribadi masing-masing dari kelima istri Rasulullah SAW tersebut.
Ramlah binti Abi Sufyan (Ummu Habibah). Rasulullah melakukan akad nikah dengannya di kala dia berada di di Habasyah. Dia termasuk orang-orang yang berhijrah ke Habasiyah mengikuti suaminya, Abdullah bin Jahsy. Akan tetapi, suaminya itu kemudian murtad. Karena itu Rasulullah saw. Menikahinya. Dia adalah putri dari salah seorang pemimpin Quraisy. Semua itu jelas sekali menunjukkan bahwa perkawinan yang dilakukan Rasulullah saw. dengannya bertujuan mendekatkan dan menjinakkan hati banyak orang lewat seorang pemimpin besar meraka.
Zainab binti Jahsy. Pada mulanya, dia adalah istri dari bekas budak Rasulullah saw. , yaitu Zaid ra. Sebenarnya Rasulullah saw. merasa khawatir sekali terhadap dampak negative dari pernikahan kali ini. Namun perintah Allah yang menyuruh untuk melaksanakan pernikahan tersebut. Pernikahan ini dilakukan dengan tujuan memusnahkan suatu adat yang telah mendarah daging dalam masyarakat Jahiliyah. Yaitu kebiasaan mengangkat anak (tabbani, adobsi) lewat praktek langsung, disamping telah ada ketetapan teoretis yuridis, dan juga agar semua itu diketahui dunia sekalipun pernikahan bersifat pembinaan internal, namun memuat unsur pembinaan eksternal. Ini karena Zainab ra. Adalah wanita non Quraisy pertama yang dinikahi Rasulullah saw.
Juwairah binti al-Haris adalah putrid dari pemimpin Bani Mushtaliq. Pernikahannya dengan Rasulullah saw. meyebabkan dibebaskannya seluruh keluarga dan sukunya dari tawanan, kemudian menyebabkan seluruh kaumnya masuk Islam. Sungguh betapa besarnya pengaruh dari pernikahan ini.
Shafiyah binti Huyay, putri Huyay bin Akhthab, musuh Islam terbesar, Yahudi yang terbunuh di tengah peperangan yang di lancarkan  kaum muslimin terhadap Bani Quraizhah. Di kemudian hari pernikahan Rasulullah saw. dengan ternyata mempunyai pengaruh yang sangat luas karena pernikahan itu telah mengikat Ahli Kitab lewat hubungan perbesanan. Langkah social yang besar ini banyak sekali maknanya ditinjau dari segi dakwah. Ini pun berarti kerukunan hidup antara kaum muslimin dan Ahli Kitab waktu itu benar-benar ada.
Maimunah binti al Harits al Hilaliyah, beliau adalah wanita yang telah menyerahkan dirinya pada Rasulullah. Pada masa pernikahannya ini Rasulullah tengah mengalami intimidasi dari bangsa Quraisy. Dengan pernikahannya, Beliau bermaksud untuk melunakkan hati mereka dan mendekatklannya kepada Islam melalui perbesanaan dengan pihak musuh.
Rasulullah telah memberikan pelajarannya bahwa hendaklah setiap diri memahami seluas-luasnya karakter agama ini. Tidak memilah dan mengkristalisasikan juga bahkan menutup diri sehingga sulit bagi orang lain untuk masuk ke dalamnya. Tujuan hidup seorang da’i adalah menyeru manusia kepada Islam, termasuk dengan membimbing musuh-musuhnya ataupun meraih hati peminpinnya. Dalam hal ini pun Rasulullah mengajarkan agar seorang muslim mengambalikan kembali esensi dari perkawinan baik itu poligami sebagai sarana untuk memperluas jalan dakwah
Karakteristik Keempat
Barisan Internal yang Kuat Pada Peristiwa Shulhul Hudaibiyah
Meninjau kejadian pada saat ‘Umratul Hudaibiyah yang merupakan suatu penyerangan damai yang dilakukan oleh Rasulullah dengan membawa beberapa kaum muslimin muhajirin dan anshar ditambah beberapa orang dari kabilah arab, mengingatkan akan beberapa pelajaran yang perlu dipahami, antara lain :
Pertama, hanya sekitar 1500 muslimin yang ikut dalam keberangkatan menuju jantung Mekkah ini, dengan kondisi belum genap setahun dalam perang Ahzab mereka dikepung oleh kelompok Arab yang berkekuatan 10.000 prajurit. Hal in menunjukka hanya keimanan yang kuatlah yang menyebabkan mereka memenuhi seruan Rasulullah tersebut.
Kedua, ketika tiba di Usfan terdengar berita bahwa orang Quraisy tengah bersiap untuk menghadap jalan Rasulullah. Berita itu ditanggapi Rasulullah, Benar-benar celaka orang-orang Quraisy itu. Sebenarnya mereka telah habis dimakan peperangan. Apa beratnay mereka itu bila membiarkan aku menghadapi seluruh bangsa Arab lainnya. Kalau mereka berhasil mencelakai aki, mamang itulah yang mereka inginkan. Akan tetapi, kalau Allah memberi kemenangan kepadaku atas mereka, orang-oarang Quraisy itu bias masuk Islam berbondong-bondong. Kalau mereka tidak juga mau masuk Islam, orang-orang Arab lainnya akan memerangi mereka, sedangkan orang-orang Arab itu memilki kekuatan. Jadi apa yang disangka oleh orang-orang Quraisy itu? Demi Allah, aku akan tetap berjuang menegakkan apa yang oleh karenanya Allah membangkitkan aku, sampai Allah memenangkannya atau terputus leherku ini.
Kejadian ini menyaring mereka nyang memiliki kebimbangan hati dengan mereka yang benar-benar konsisten terhadap kepemimpinan Rasulullah saw. Dari segi politik Rasulullah pun menekankan untuk melakukan genjatan senjata yang sangat bermanfaat bagi kedua pihak. Dan pernyataan Rasulullah dapat mengobarkan kembali semangat dan kesiapan kaum muslimin untuk menghadapi pertempuran.
Ketiga, kaum Quraisy berusaha untuk mengahdang rasulullah dengan mengirimkan beberapa delegasinya antara lain Budail bin Warqa’ al Khaza’I, Mikraz bin Hafsh, al Hulais bin ‘Alqamah dan Urwah bin Mas’ul. Keempatnya tidak memeproleh hasil yang diinginkan oleh kaumnya. Mereka pulang dengan memberikan kabar yang menohok mereka sendiri dan merontokkan keinginan untuk mengncam apalagi untuk berperang. Dengan bantuan para sahabat Rasulullah saat menghadapi keempatnya, beliau hendak memperlihatkan arti dari solidaritas dan disiplin terutama saat berhadapan dengan mush. Semua harus menjadi satu tombak, satu tangan dan stu hati.
Keempat, Quraisy berusaha untuk memecah pihak muslimin namaun serangan yang mereka keluarkan seperti pengiriman pasukan berani mati dan pasukan penunggang kuda dapat dihentikan oleh kaum muslimin dengan Muhammad bin Maslamah sebagai perondanya.
Kelima, Akhirnya Quraisy mengirimkan Khalid bin Walid untuk menghadang kaum muslimin. Ketika waktu dzuhur tiba, Kaum muslimin segera melaksanakan shalat. Selang beberapa lama shalat ashar pun tiba dan kaum muslimin melaksankan shalat dengan aturan shalat khauf. Melihat perbedaan cara shalat ini Khaid berkata, Tahulah aku bahwa orang ini ada pembelanya. Kemudian ia sadar bahwa ia terlalu kecil untuk dapat mengalahkan Muhammad. Kejadian ini menggambarkan keadaan kaum muslimin yang kompak dan tangguh sedang kaum Quraisy sudah kalah secara psikologis.
Keenam, Rasulullah mengirimkan delegasi untuk menyampaikan maksudnya kepada klaum Quraisy. Khirasy bin Umaiyah adalah yang pertama tetapi kaum Quraisy menolak ajakannya. Bahkan ia hamper dibunuh jika tidak ada sebagian keluarganya yang menghalanginya. Utusan kedua adalah Utsman bin Affan yang menggantikan Umar bin Khatab yang mulanya ditunjuk Rasulullah namun dengan pertimbangan bhawa Ustman lebih banyak memiliki kerabat di Mekkah saat itu maka ia lah yang mnegmban amanah itu. Keadaannya sama. Hanya saat itu Ustman yang dilindungi oleh Abban bin Sa’id al Ash diperbolehkan untuk berthawaf. Tetapi ia menolaknya karena Rasulullash belum melakukannya. Hal ini mengajarkan akan kedisiplinan seorang prajurit kepada pemimpinnya.
Di kubu kaum muslimin, tersiar kabar bahwa Ustman telah dibunuh. Berita ini membawa kegemparan di kubu kaum muslimin dan menjadikan Rasulullah melakukan pembai’atan terhadap kaum muslimin. Semua menyambut dengan antusias bahkan Abdullah bin Ubay pun melakukannya bahkan sebelumnya sama seperti Ustman dia telah diberi kesempatan untuk berthawaf terlebih dahulu, tetapi ia menolaknya.
Pesan yang ingin disampaikan adalah hendaklah seorang prajurit displin dan taat terhadap pemimpinnya, dan bagi seorang pemimpin kematian seorang prajuritnya bukanlah hal yang patut         disia-siakan.
Ketujuh, kontak senjata tidak terjadi dengan dialihkannya keadaan pada rencana perundingan damai. Ketika perundingan itu belum ditulis tiba-tiba datanglah Abu Jandal, seorangmuslim yang terpenjara oleh ayahnya Suhail di Mekkah, ia meminta Rasulullah untuk membebaskannya.Tetapi ayahnya menolaknya, dengan alasan tuntutan atas isi perjanjian itu. Dengan terpaksa Abu Jandal tetap berada di mekkah dengan janji perlindungan Mikraz dan Huwaithib.
Saat itu Ali yang terpilih oleh kedua belah pihak untuk menjadi penulis dari perjanjian Hudaibiyah ini. Terdapat beberapa pengecaman dari kaum muslimin atas pelarangan untuk menggunakan Bismillaahirrahmaanirraahiim¸yang digantikan dengan bismikallahumma  sebagai awal surat dan penggantian Muhammad Rasulullah  dengan Muhammad bin Abdullah. Kaum muslimin merasa dihinakan. Melihat kecaman yang dilakukan  para sahabat, Mikraz berkata bahwa ia belum pernah melihat ketatnya penjagaan suatu kaum terhadap kehormatan agama mereka.
Setelah perjanjian selesai dan orang Quraisy pergi, Rasulullah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk melakukan penyembelihan, bercukur dan tahalul. Sampai pada perulangan yang ketiga kaum muslimin tidak ada yang melakukannya. Atas saran dari istrinya Ummu salamah akhirnya Rasulullah melakukan sendiri penyembelihan itu. Melihat Rasulullah melakukannya kaum muslimin pun akhirnya mengikutinya.
Keadaan ini memberi gambaran mengenai situasi yang bergerak dan berubah dengan cepat dari suatu keadaan yang kontras dengan keadaan sebelumnya. Yang awalnya hendak berperang kemudian harus patuh pada keputusan perjanjian yang dirasakan merugikan kaum muslimin. Bahkan karena tidak tahan sempat beberapa orang menghadap Rasulullah untuk mengingatkan beliau, walaupun pada akhirnya mereka tidak berniat untuk membantah beliau. 
Sebuah pelajaran yaitu tidak mungkin bagi seorang pemimpin untuk selalu memberikan alas an dari kebijakannya dan bagai seorang prajurit kepercayaan kepada pemimpin haruslah lebih besar daripada kepercayaannya akan pendapat dirinya sendiri.
Saat ini sudah tidak ada kepemimpinan yang ma’shum, sehingga bagi seorang pemimpin hendaknya bersabar jika perintahnya tidak langsung dilaksanakan. Hal; ini didasarkan pada kelalaian kaum muslimin untuk langsung melaksanakan perintah Rasulullah yang terma’shum diakibatkan adanya hambatan nafsu pandangan dan pendapat prbadi.  Dan seorang pemimpin haruslah menjadi orang pertama yang melaksanakan apa yang ia perintahkan. Mengenai kedisiplinan, perlu diperhatikan bahwa sering kali kekalahan terjadi karena ketidak mampuan untuk mengurus aktivis-aktivisnya.
Karakteristik Kelima
Pengakuan Resmi dari Pihak Penyembah Berhala akan Keberadaan Negara Islam
Pada peristiwa ini menggambarkan betapa besar kepemimpinan Rasulullah saw. yang sangat berlaku adil dan para sahabat yang sangat cepat menyambut seruan bai’at dan demikian semngatnya bersiap siaga untuk berperang. Hal ini mengakibatkan mata Quraisy dan Suhail bin Amr merasa terkejut dan takut, dan segera melaporkan kejadian tersebut dan merundingkannya. Sehingga di utuslah Suhail untuk melakukan perjanjian kembali dengan kaum muslimin.
            Mengenai perjanjian Hudaibiyah yang dilaksanakan oleh kaum muslimin dan Quraisy menyepakati beberapa hal, antara lain :
·     Menghentikan peperangan selama sepuluh tahun, dimana semua orang aman dan masing-masing pihak menahan diri dari yang lain, dengan syarat tidak terjadi pelanggaran maupun pengkhianatan.
·        Di antara kita ada perjanjian yang terpelihara
·       Barangsiapa ingin bergabung dengan pihak Muhammad, boleh dia lakukan. Barangsiapa ingin bergabung dan berpihak kepada kaum Quraisy, itu pun boleh dia lakukan.
·     Barangsiapa yang datang kepada Muhammad dari kaum Quraisy tanpa seizin walinya, Muhammad wajib mengambalikannya kepada walinya itu. Barangsiapa yang datang kepada kaum Quraisy dari sahabat-sahabat Muhammad, kaum Quraisy tidak perlu mengembalikannya
·   Muhammad harus pulang meninggalkan kami, membawa para sahabatnya pada tahun ini, dan boleh masuk ke kota kami tahun depan, diiringi para sahabatnya, lalu tinggal di sana selama tiga hari akan tetapi, tidak boleh masuk ke kota kami dengan membawa senjata selain senajat pelancong, yaitu pedang yang dimasukan ke dalam sarungnya.
Naskah perjanjian ini ditulis rangkap dua untuk masing-masing pihak.
Diantara kedua keinginan baik dari Quraisy yang tidak menginginkan Muhammad masuk Mekkah dan dari pihak kaum muslimin yang beranggapan sebuah kekalah militerlah jkika tidak bias masuk ke kota mekkah, maka Rasulullah menengahi dengan pandangan yang jauh dan cita-cita yang lebih luhur. Adakah kekalahan yang lebih besar daripada kesediaan Quraisy untuk berdamai? Kemenangan lainnya adalah kini Mekkah bersifat netral, tidak ada peperangan di jazirah arab,. Dan kaum muslsimin tahun depan boleh masuk ke dalam kota
            Kesadaran untuk tidak memaksakan diri dari kaum muslimin untuk memasuki Mekkah adalah terhindarnya kaum muslimin dari kerugian yang dapat terjadi seperti terbunuhnya tentara muslimin yang jumlahnya tidak banyak. Kemudian dari perjanjian itu tanpaklah pengakuan Quraisy akan adanya Negara Islam dan jaminan bagi kaum muslimin untuk menyebarkan Islam di seluruh jazirah Arab dengan aman.
            Dalam sebuah riwayat diceritakan mengenai Suhail pada haji Wada terlihat dekat kepada Rasulullah.
            Saatnya gerakan Islam berpedoman pada langkah rasulullah yang tidak reaktif dan eksidental yang mengakibatkan dikorbankannya kepentingan umum untuk manfaat yang seketika. Jika hanya demokrasi tanpa kekuatan hal itu tak akan berlangsung lama, sedangkan jika hanya kekuatan saja  dengan melupakan tujuan utama dakwah maka akan terpisah dari umat sehingga dakwah dan politik harus berjalan beriringan.
Peperangan hanya akan menimbulkan perselisihan sedangkangencatan senjata akan mendatangkan perundingan. 
Karakteristik Keenam
Perlawanan Kaum Tertindas
            Ternyata tidak hanya Abu Jandal yang mengalami nasib tidak biasa bergabung bersama Rasulullah di Madinah. Setelah perjanjian Hudaibiyah dibuat datanglah ke Madinah Abu Bashir, mukmin terpenjara di Mekkah. Namun, tiga hari kemudian datang utusan mekkah yang hendak membawanya kembali pulang. Rasulullah tidak memiliki pilihan selain melaksanakan si perjanjian itu. Tetapi dijalan Abu Bashir membunuh salah seorang dari utusan itu, kemudian satu utusan lain kembali kepasa Rasulullah diikuti dengan pulangnya Abu Bashir. Akhirnya karena ketidak sanggupan utusan tersebut untuk membawa Abu Bashir kembali, Rasulullah mengizinkan Abu Bashir untuk pergi kemana pun yang ia suka. Akhirnya menetaplah ia di al Ish. Kepergian Abu Bashir tersebut menginspirasi tawanan Mekkah lainnya sampai akhirnya berkumpullah sekitar 70 orang bersama Abu Bashir disana. Tidak jarang mereka mengintai orang Quraisy yang melalui jalur tersebut dan mencegat saudagar yang membawa barang dagangan melaluinya. Teror yang dilakukan gerombolan Abu Bashr dianggap mengganggu oleh Quraisy sampai akhirnya mereka meminta Muhammad untuk membawa mereka kembali ke Madinah.
             Kejadian yang dialami Abu Bashir merupakan sebuah revolusi Islam, ia tidak melibatkan Negara atau daerah yang terlibat dalma perjanjian. Tindakannya memperlihatkan kemilitanannya yang sejati. Bertahan hidup dengan makanan minim. Revolusi ini ia lakukan dengan memlih tempat yang baik dan melakukan hal yang sesuai pula.
Karakteristik Ketujuh
Proklamasi Islam ke Seluruh Dunia
(Berkirim Surat Kepada Para Raja dan Gubernur)
Pada akhir tahun 6 H, sepulangnya Rasulullah saw. dari perjanjian Hudaibiyah, beliau berkirim surat kepada raja-raja, menyeru supaya masuk Islam. Namun salah seorang berkata tidak mau menerima jika surat tidak bercap. Kemudian Rasulullah saw. membuat cincin yang bertuliskan “Muhammad Rasul Allah”.
1.      Surat Kepada Najasyi, Raja Habasyah
Rasululullah mengirimi surat kepada Raja Habasiyah yang dibawa oleh Amr bin Umaiyah adh –Dhamri pada akhir tahun 6 H. setelah surat disampaikan oleh Amr bin Umaiyah adh-Dhamri kepada raja Najashy, surat itu diambilnya lalu ditempelkan ke matanya, lalu dia turun dari singgasananya dan duduk diatas lantai dan menyatakan masuk Islam di tangan Ja’far bin Abi Thalib. Namun pada bulan Rajab tahun 9 H, Raja Najashy meninggal dunia dan digantikan oleh raja lainnya. Kemudian nabi mengirim surat lagi kepada raja baru namun tidak tahu apakah dia masuk Islam atau tidak.
2.      Surat Kepada Muqauqis, Raja Mesir.
Untuk membawa surat ini Rasulullah memilih Hathib bin Abi Balta’ah. Setelah Hathib bin Abi Balta’ah berbincang dengan Raja Mesir tersebut kemudian Muqauqis mengambil surat Nabi saw.  itu dan meletakkannya dalam wadah yang terbuat dari gading gajah, lalu dia segel dan diberikan kepada salah seorang istrinya. Sesudah itu, dia memanggil seorang juru tulisnya yang bias berbahasa Arab dan menyuruhnya menulis surat kepada Rasulullah saw. hanya surat itu yang dikrim yang tidak menyatakan bahwa ia masuk Islam. dan dua orang wanita dan seekor keledai yang panjang umurnya yang kemudian dikirimkan kembali kepada nabi melalui utusannya. Wanita itu yakni Mariyah dan Sirin. Mariyah kelak dipersitrikan oleh nabi dan melahirkan anak bernama Ibrahim.
3.      Surat Kepada Kisra, Raja Persia
Untuk membawa surat ini Rasulullah saw. memilih Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi. Oleh as-Sahmi, surat itu diserahkan kepada pembesar Bahrain. Setelah surat itu dibacakan kepada Kisra , dia merobek-robeknya seraya berkata dalam kecongkakannya, “Budak hina dari rakyatku berani-beraninya menulis namanya sebelum namaku.” Ketika sikap Kisra itu didengar oleh Rasulullah saw., beliau bersabda, “Semoga Allah merobek-robek kerajaannya.” Ternyata apa yang di katakana nabi di kemudian hari benar-benar menjadi kenyataan.
4.      Surat Kepada Kaisar, Raja Romawi.
Untuk membawa surat ini Rasulullah saw. menugaskan Dihyah bin Khalifah al-Kalabi. Dia diperintahkan oleh Beliau untuk menyerahkan surat tersebut kepada pembesar Bushra supaya dialah yang menyampaikannya kepada Kaisar. Ketika dimasa Abu Sufyqn belum masuk Islam, Abu Sufyan beserta rombongannya pernah diminta dating oleh Raja Heraklius dan ditanya perihal Rasulullah saw.  Selepas dittanya oleh Raja romawi, Abu Sofyan beserta rombongannya ‘Hebat benar urusan anak si Abu Kabsyah33 ini. Dia benar-benar ditakuti raja-raja Bani Ashfar (Eropa).’ Sejak itu, aku selalu yakin bahwa urusan (agama) Rasulullah saw. ini akan menang, hingga akhirnya Allah menyadarkan aku untuk masuk Islam.”
5.      Surat Kepada al-Mundzir bin Sawa
Nabi pernah berkirim surat kepada al-Mundzir bin Sawa penguasa Bahrain. Untuk itu Rasulullah saw. mengutus salah seorang sahabatnya bernama al-‘Ala bin Hadhrami. Sesampainya surat itu, al Mundzir mengirim surat balasan kepada Rasulullah saw.
“Amma ba’du, ya Rasul Allah, sesungguhnya aku telah membacakan suratmu kepada seluruh penduduk Bahrain. Diantara mereka ada yang menyukai dan kagum terhadap Islam, lalu menganutnya, dan ada pula diantara yang tidak suka. Di negeriku memang ada orang-orang Majusi dan Yahudi.  Karena itu, ceritakanlah kepadaku tanggapanmu mengenai perkataanmu itu”.  Kemudian Rasulullah pun membalas surat kepada al-Mundzir bin Sawa.
6.      Surat kepada Haudzah bin Ali, Pemimpin Yamamah
Untuk membawa surat ini Rasulullah saw. menugaskan Salith bin Amr al-Amiri. Sesampainya di hadapan Haudzah Salith mendapat penghormatan dan selayaknya dan dipersilahkan duduk, lalu dia bacakan surat dari Rasulullah saw. itu kepadanya. Akan tetapi Haudzah member jawaban yang kurang baik terhadap isi surat itu. Setelah surat balasan telah di baca, Rasulullah saw. bersabda
“Andaikan dia meminta kepadaku sepotong tanah sekalipun, niscaya takkan kuberi. Binasa, binasalah semua yang ada di tangannya”.  
Benar, sepulang Rasulullah saw. dari fat-hu Makkah, Jibril datang kepada beliau memberi kabar bahwa Haudzah mati. Saat itulah, Rasulullah saw. bersabda,
Adapun negeri Yamamah, sesungguhnya disana akan muncul seorang pendusta yang mengaku dirinya nabi. Orang itu akan terbunuh sepeninggalku.”
Seoarang bertanya, “Ya Rasul Allah, siapa yang membunuhnya?” Jawab Rasul, “Kamu dan teman-temanmu”
Ternyata semua yang dikatakan Rasulullah saw. itu benar-benar menjadi kenyataan.
7.      Surat kepada al-Harits bin Abi Syamar al-Ghassani, Penguasa Damaskus.
Sebagaii pembawa surat ini Rasullah saw. menugaskan Syuja’ bin Wahab dari Bani Asad bin Khuzaimah. Tatkala surat tersebut telah sampai ke tangan al-Harits, berkatalah dia, “Siapa yang berani merebut kekuasaanku pasti akan aku datangi dia.” Rupanya dia tidak sudi masuk Islam.
8.      Surat kepada penguasa Omman
Pengiriman surat ke Omman tersebut jauh lebih terkemudian daripada surat-surat lainyang dikirim Rasulullah saw. kepada para raja. Dengan dikirimnya semua surat tersebut, berarti Rasulullah saw. benar-benar telah menyampaikan dakwahnya kepada sebagian besar raja-raja di dunia.
Karakteristik kedelapan
Terhimpunnya segala kekuatan dan Timbulnya Kepercayaan untuk Menang
Fenomena ini tampak pada pengarahan Nabi saw. dalam menghimpun segala kekuatan yang ada pada waktu itu. Salah satu kejadian yang terjadi yakni kedatangan ja’far dan ditaklukannya Khaibar dan tahapan hijrah ke Habasiyah.
Hijrah yang pertama. Terjadi pada tahun ke-5 H. Jumlah pesertanya tidak begitu banyak.
Hijrah yang kedua. Kali ini, jumlah pesertanya mencapai 80 orang.
Kepulangan yang terakhir. Ini terjadi atas panggilan resmi dari Rasulullah saw. lewat surat yang beliau kirimkan kepada Najasy.
Sesungguhnya terbunuhnya Hamzah ra. Di medan perang Uhud sangat besar pengaruhnya terhadap Rasulullah saw. tentang peristiwa itu, beliau sempat berkomentar, “Aku takkan mengalami kesedihan separah kematianmu ini buat selama-lamanya.” Beliau mengatakan pula, “Aku tak pernah mengalami suatu peristiwa yang membuatku marah melebihi peristiwa ini.”
Karakteristik Kesembilan
Pengusiran Total Kaum Yahudi dari Jazirah Arab
Pengusiran ditandai dengan terjadinya perang Khaibar. Takluklnya kaum Yahudi tidak lepas dari proses kemengan atas perang Khaibar yakni penaklukan 5 benteng besar yakni, benteng Na’im, Benteng Sha’ab bin Mu’adz, Qal’ah Zuabir, Ubay dan Benteng Nizar.
Karakteristik Kesepuluh
Para Pemimpin Musuh Bergabung Kepada Islam
Hal ini dapat dilihat dari para pemimpin yang dulunya adalah pemimpin kaum yang memerangi Islam justru berbalik membela Islam dengan masuknya para pemimpinnya. Sehingga pihak musuh merasa tergoncang hebat dengan masuk Islamnya para pemimpin mereka yang sangat mereka banggakan sebelumnya. Hal ini diawali dengan masuknya Amr bin Ash, Khalid bin Walid
Karakteristik Kesebelas
Benturan Pertama dengan Bangsa Romawi (Perang Mut’ah)
Banyak sekali benturan yang terjadi ketika perang melawan pasukan Romawi. Serta beberapa krisis yang terjadi yang dihadapi oleh bala tentara kaum muslim. Gugurnya beberapa panglima perang namun itu tidak menggentarkan panglima lainnya. Itu justru menambah semangat para panglima yang menggantikannya. Karena mereka melihat bukan karena banyaknya panglima yang gugur namun bagaimana menyambut syurga dengan Syahid.
Karakteristik Keduabelas
Pertolongan Allah dan Kemenangan (fat-hu Makkah)
Tentu banyak sekali factor yang memepelopori kemenangan gemilang atas fat-hu Makkah selain perjuangan kaum muslimin sebelum terjadi fat-hu makkah. Dengan reputasi yang telah dimiliki kaum muslimin akan beberapa kemenangan dalam perang dan penaklukan bebrapa kerajaan kuat tentu saja itu memudahkan dalam penaklukan Makkah dan tentu saja hal itu tidaklah dapat dicapai kecuali dengan seizing dan pertolongan Allah swt.
Karakteristik Ketiga Belas
Pemebersihan Kantong-kantong Paganis
Kali ini, Rasulullah saw. setelah berhasil menaklukan Mekkah. Beliau mulai menghancurkan Berhala-berhala yang berada di sekitar Ka’bah dan rumah-rumah penduduk dengan mengutus beberapa sahabat untuk melaksakan perintah tersebut. Setelah itu Rasulullah melakukan peperangan bersama kaum muslimin yang dari awal ikut Rasulullah dalam Fathu-Mekkah dan beberapa orang yang baru masuk Islam dari kalangan Mekkah. Salah satu perang yang dilakukan adalah perang Hunain dan penyerbuan ke Tha’if.
Karaktreristik Keempat Belas
Seluruh Jazirah Arab Masuk Islam
Masuk Islamnya seluruh warga Jazirah Arab ini terjadi akibat sudah tegaknya Islam sebagai suatu Negara dan Islam sudah tidak lagi dalam keadaan lemah dan tertindas. Selain itu pihak Quraisy yang pada awalnya merupakan musuh Islam terbesar kini menyerah dan Rasululllah saw.  menjadi pimimpin seluruh Jazirah Arab, sementara seluruh angkatan bersenjata yang dulunya melawan kini hancur luluh, dan kemudian berdatanganlah para kabilah-kabilah Arab untuk berdialog, atau bertanya jawab, atau masuk Islam, atau mengikat perjanjian dengan Islam dengan mengemukakan persyaratan masing-masing.
Karakteristik Kelima Belas
Menantang Romawi Secara Besar-Besaran (Perang Tabuk)
Dalam perang kali ini merupakan perang yang berbeda dari perang-perang sebelumnya, karena jarang sekali Rasulullah saw. menyatakan terus terang kehendaknya untuk berangkat perang, kecuali dengan sindiran saja. Rasulullah sangat bersungguh dalam perang kali ini serta mewajibkan untuk ikut berperang karena ini perintah langsung dari Allah SWT.
Karakteristik Keenam Belas
Surah al-Bara’ah dan Pembasmian Berhala Secara Tuntas
Setelah penghancuran berhala-berhala di sekitar ka’bah, akhirnya turunlah syariat yang melarang kaum musyrikin untuk ikut dalam ibadah Haji. Rasulullah member tangguh selama empat bulan kepada kaum musyrikin dan pulang ke negeri mereka masing-masing atau tempat lain yang menurut mereka aman. Selanjutnya tidak ada lagi janji maupun jaminan keamanan bagi seoarng musyrikin, kecuali orang yang mendapat janji dari Rasulullah.
Karakteristik Ketujuh Belas
Haji Akbar Diikuti oleh 130.000 Kaum Muslimin
Diriwayatkan dari Aisyah ra. Bahwa Rasulullah berangkat pada tanggal 5 Dzulqa’idah. Ibadah Haji kali ini adalah Ibadah Haji yang terbesar dibandingkan ibadah-ibadah Haji sebelumnya. Haji kali ini adalah sekaligus Haji terakhir bagi nabi menjelang Beliau wafat. Rasulullah memberikan tatacara ibadah Haji yang benar sesuai syariat. Rasulullah menyampaikan prinsip-prinsip agama yang terpenting, yaitu :
1.      Dohirmatinya harta, darah, dan kehormatan
2.      Pengharaman riba.
3.      Keadilan
4.      Pemeliharaan darah
5.      Penghapusan berhala
6.      Pengharaman mempermainkan agama Allah.
7.      Hak laki-laki atas perempuan.
8.      Hak wanita atas laki-laki.
9.      Undang-undang Negara didasarkan pada dua sumber yakni Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
10.  Ikatan tertinggi bagi sesame umat Islam.
Karakteristik Kedelapan Belas
Berpulang ke ar-Rafiq al-A’la Setelah Nikmat Disempurnakan
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu menjadi agamamu.”
(QS. Al Maidah : 3)
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam periode ini Rasulullah akan wafat. Sebelum wafatnya Rasulullah beliau mengatakan “Bahkan (aku memilih)  ar-Rafiq al-A’la dalam surga” dan Aisyah pun berkata, “engkau telah disuruh memilih, maka engkau pun memilih, demi Allah Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran.”
“Akhirnya, Rasulullah saw. pun meninggal,” demikian kata Aisyah ra. Mengakhiri riwatnya.
Wafatnya Rasulullah saw. adalah cobaan terbesar yang dialami masyarakat Islam pertama dakam hidup meraka. Cobaan yang pertama mereka derita di Uhud dan paling berat adalah berita tentang kematian Rasulullah saw.
Diberdayakan oleh Blogger.